(0362) 21985
organisasisetda@bulelengkab.go.id
Bagian Organisasi

Rejang Renteng Sebanyak 7.289 Penari Warnai HUT Kota Singaraja Ke 415 Tahun 2019

Admin organisasisetda | 30 Maret 2019 | 401 kali

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng akhirnya berhasil menampilkan Tari Rejang Renteng Massal pada Puncak Peringatan HUT Ke-415 Kota Singaraja. Pada gelaran itu, tercatat sebanyak 7289 orang penari Rejang Renteng menghiasi beberapa ruas jalan di Kota Singaraja. Ribuan penari itu berasal dari 144 desa di 9 kecamatan.

Para penari berjejer rapi di sepanjang Jalan Pramuka, Jalan Ngurah Rai, sampai dengan Jalan Veteran, Singaraja, pada Sabtu (30/3). Sebelum tarian massal ini dilaksanakan, panitia pelaksana menggelar persembahyangan/piuning di beberapa pura. Diantaranya Pura Dalem Ped-Klungkung, Pura Gedong Suci Disbud, Pura Padma Bhuana, Tugu Singa Ambara Raja, Pura Kandikan Paras, Pelinggih di Taman Kota, Serta Pura Jagatnatha. Selain itu, pagelaran bergengsi ini juga didahului dengan upakara mecaru di Tugu Singa Ambara Raja.

Panitia juga melaksanakan ritual persembahyangan khusus di Pura Jagatnatha sesaat sebelum tarian massal dimulai. Ritual itu dipuput oleh 20 orang pemangku, dan diiringi dengan tarian Rejang Renteng yang ditarikan oleh 100 orang penari dari Kecamatan Seririt. Sepanjang jalan raya tempat dimana tarian sakral itu dipentaskan diperciki Tirta dan Ngerauhang Bija. Barulah setelah seluruh penari nunas Tirta dan Bija, tarian massal itu siap dipentaskan.   

Dalam laporannya, Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng Drs. Gede Komang, M.Si menyebutkan adapun konsep tariannya adalah Ngayah, yang maknanya adalah persembahan/bekerja tanpa pamrih dengan segala ketulusan dan keikhlasan.

 “Namun demikian, telah disarankan setiap kelompok penari Rejang Renteng berjumlah ganjil,” tambah Gede Komang.

Lebih lanjut Bupati Suradnyana menambahkan, tarian yang diikuti lebih dari 7000 orang ini adalah tarian dengan jumlah penari terbanyak di Bali, namun dirinya enggan mencatatkan pada rekor. Saya menilai, tarian ini murni sebagai bentuk ketulusan dari para penari yang dipersembahkan ke masyarakat Buleleng,“ tutup Suradnyana.