(0362) 21985
organisasisetda@bulelengkab.go.id
Bagian Organisasi

HARI KARTINI

Admin organisasisetda | 21 April 2022 | 259 kali

Mengapa tanggal 21 April diperingati sebagai Hari Kartini? Tanggal 21 April merupakan hari kelahiran Pahlawan Nasional Raden Ayu Kartini (RA Kartini). Hari Kartini diperingati setiap tanggal 21 April sejak tahun 1964 oleh seluruh bangsa Indonesia. Peringatan ini bertujuan untuk memperingati dan menghormati perjuangan RA Kartini dalam mewujudkan kesetaraan kesempatan antara laki-laki dan perempuan khusus dalam bidang pendidikan dan secara umum kesetaraan gender di semua bidang. Perayaan tersebut juga mengandung makna mendalam mengenai emansipasi perempuan dan mengingatkan seluruh lapisan masyarakat Indonesia untuk terus konsisten memperjuangkan keadilan gender. Sebagaimana dikutip dari laman resmi Kemdikbud, Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat atau RA Kartini lahir di Jepara pada 21 April 1879 dalam keluarga bangsawan. Dia merupakan putri dari seorang Bupati Jepara kala itu, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, dan MA Ngasirah. Kartini besar di masa penjajahan, di mana kesetaraan antara laki-laki dan perempuan belum ada. Kala itu, adat di lingkungannya juga tidak memberikan kesempatan kepada para wanita (khususnya wanita pribumi) untuk mengenyam pendidikan yang layak. Setelah masa pendidikannya selesai, Kartini sering membaca dan menulis surat kepada teman korespondensi Belandanya. Dia juga mulai mempelajari literatur Eropa dan publikasi tentang kemajuan pemikiran wanita Eropa sejak saat itu.

Tulisan-tulisan tersebut pun menyulut api baru dalam diri Kartini untuk memajukan perempuan pribumi yang saat itu berada pada status sosial yang sangat rendah Setelah kematiannya, Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda Mr.J.H Abendanon membukukan surat menyurat Kartini dengan teman-temannya di Eropa dengan judul "DOOR DUISTERNIS TOT LICHT" dengan arti "Habis Gelap Terbitlah Terang". Buku itu kemudian mengubah pandangan masyarakat Belanda terhadap perempuan pribumi di Jawa. Sejak saat itu, kesetaraan gender pada perempuan sudah tak dianggap tabu lagi.

 

Sumber: detik.com