(0362) 21985
organisasisetda@bulelengkab.go.id
Bagian Organisasi

Modus Love Scam: Ketika Janji Cinta Menjadi Senjata Penipuan Digital

Admin organisasisetda | 11 Desember 2025 | 372 kali

Di era ketika hampir semua aspek kehidupan berpindah ke dunia digital, kebutuhan manusia untuk merasa dicintai dan dihargai tetap menjadi celah terbesar yang bisa dimanfaatkan oleh para penipu. Salah satu bentuk kejahatan siber yang semakin meningkat adalah love scam atau penipuan cinta. Modus ini memanfaatkan hubungan emosional untuk menguasai kepercayaan korban hingga akhirnya memeras atau menipu secara finansial. Love scam bukan sekadar persoalan kehilangan uang; ia meninggalkan luka psikologis yang sering kali lebih sulit disembuhkan karena melibatkan kepercayaan, perasaan, dan kerentanan pribadi.

Love scam berkembang seiring maraknya penggunaan aplikasi kencan, media sosial, dan ruang percakapan digital. Pelaku biasanya membuat identitas palsu yang tampak sempurna: foto menarik—biasanya dicuri dari akun orang lain—ditambah latar belakang yang dirancang untuk menimbulkan rasa kagum, simpati, atau ketertarikan. Ada yang mengaku sebagai dokter yang bekerja di luar negeri, tentara yang sedang bertugas, insinyur di perusahaan minyak, atau pengusaha sukses yang sedang berada jauh dari keluarga. Identitas profesi ini tidak dipilih sembarangan; semuanya memiliki unsur prestise, kepercayaan, dan skenario yang memungkinkan pelaku “tidak bisa bertemu langsung” dengan mudah.

Setelah menemukan calon korban, pelaku memulai pendekatan dengan intensitas tinggi. Mereka mengirim pesan setiap hari, memberikan perhatian yang konsisten, memuji, dan membuat korban merasa dihargai. Dalam waktu singkat, pelaku sering kali menyatakan cinta, mengajak berkomitmen, atau menunjukkan seolah-olah hubungan sudah sangat serius. Strategi ini dikenal sebagai love bombing, yaitu teknik manipulasi yang membuat korban ketagihan terhadap perhatian tersebut, sehingga mulai menggantungkan emosi pada pelaku.

Ketika hubungan emosional sudah cukup kuat, pelaku lalu mulai menjalankan fase penipuan. Ada beberapa pola yang paling sering digunakan. Pertama, pelaku mengaku mengalami keadaan darurat: tersangkut masalah hukum, kehilangan dompet, kecelakaan, atau tidak bisa mengakses dana karena rekening diblokir. Kedua, pelaku mengaku ingin mengirimkan hadiah mahal seperti jam tangan, laptop, emas, atau uang dalam jumlah besar, namun korban diminta membayar biaya bea cukai atau administrasi. Ketiga, pelaku menggunakan cerita heroik atau menyedihkan untuk memancing simpati, seperti sedang bertugas di zona perang dan membutuhkan biaya komunikasi atau tiket pulang. Semuanya dirangkai sedemikian rupa sehingga korban merasa bertanggung jawab dan ingin membantu.

Contoh Kasus Love Scam

Salah satu contoh paling sering terjadi adalah kasus perempuan berusia 35 tahun yang bekerja sebagai karyawan swasta. Ia berkenalan dengan seorang pria di media sosial yang mengaku sebagai insinyur dari Inggris yang sedang bekerja di proyek konstruksi di Asia Tenggara. Pria tersebut menggunakan foto yang sangat meyakinkan: rapih, berwibawa, dan tampak sukses. Dalam beberapa minggu, pria itu selalu memberi perhatian, mengucapkan selamat pagi dan malam, serta menyatakan ingin membangun masa depan bersama.

Setelah hubungan semakin dekat, pria itu mengaku ingin mengirimkan sejumlah hadiah mahal sebagai tanda cinta: tas branded, barang elektronik, dan sejumlah uang yang akan digunakan untuk menemui korban. Beberapa hari kemudian, korban menerima pesan dari oknum yang mengaku sebagai petugas bea cukai, mengatakan bahwa paket tersebut tertahan dan korban harus membayar biaya administrasi sekitar 5 juta rupiah. Karena percaya bahwa hadiah itu nyata, korban mengirimkan uang tersebut.

Namun skenario tidak berhenti di situ. Pelaku kembali mengatakan bahwa paket mengalami “masalah lain”, lalu korban diminta membayar biaya tambahan. Begitu seterusnya hingga korban menghabiskan lebih dari 50 juta rupiah sebelum akhirnya menyadari bahwa dirinya ditipu. Foto pelaku yang terlihat nyata ternyata adalah foto seorang dokter di luar negeri yang fotonya dicuri dari internet. Identitas pelaku yang sebenarnya tidak pernah bisa dilacak.

Kasus ini merupakan gambaran umum love scam yang terjadi di berbagai negara, termasuk Indonesia. Banyak korban yang merasa malu untuk melapor karena takut dianggap bodoh atau mudah percaya, padahal korban love scam sering kali adalah orang-orang baik yang hanya memberikan kepercayaan pada orang yang mereka anggap tulus.

Mengapa Korban Bisa Terjebak?

Ada beberapa alasan psikologis mengapa love scam begitu efektif:

  1. Kebutuhan emosional
    Setiap orang membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Pelaku memanipulasi kebutuhan ini dengan memberikan perhatian intens yang membuat korban merasa dihargai.

  2. Efek kepercayaan digital
    Foto profil yang meyakinkan dan cerita hidup yang detail sering kali memberi kesan autentik meski sebenarnya palsu.

  3. Teknik manipulasi psikologis
    Pelaku menggunakan love bombing, gaslighting, dan tekanan emosional agar korban mengikuti permintaan mereka tanpa berpikir panjang.

  4. Harapan untuk hubungan yang lebih baik
    Beberapa korban sedang berada dalam kondisi kesepian, patah hati, atau merasa tidak dihargai, sehingga hadirnya seseorang yang tampak “sempurna” terasa seperti kesempatan baru.

Cara Menghindari Love Scam

Agar tidak menjadi korban, beberapa langkah berikut sangat penting dilakukan:

  1. Waspadai orang yang terlalu cepat menyatakan cinta
    Hubungan sehat tidak dibangun dalam hitungan hari atau minggu. Jika seseorang langsung menyatakan cinta atau ingin serius tanpa pernah bertemu, itu tanda bahaya.

  2. Ajak video call
    Pelaku love scam biasanya selalu menghindari video call. Mereka selalu punya alasan: kamera rusak, sedang bertugas, atau sinyal buruk. Jika berkali-kali menolak, besar kemungkinan identitas mereka palsu.

  3. Lakukan pencarian gambar (reverse image search)
    Foto profil mereka sering kali diambil dari internet. Dengan melakukan pencarian gambar, Anda bisa mengetahui apakah foto tersebut pernah digunakan oleh orang lain.

  4. Jangan pernah mengirim uang kepada orang yang belum pernah ditemui
    Tidak peduli seberapa meyakinkan ceritanya, permintaan uang adalah tanda paling jelas dari love scam.

  5. Cek konsistensi cerita
    Pelaku sering membuat cerita dramatis, namun biasanya tidak konsisten. Perhatikan tanggal, detail pekerjaan, atau alur yang tidak masuk akal.

  6. Jangan memberikan data pribadi
    Informasi seperti KTP, alamat rumah, atau nomor rekening bisa digunakan untuk penipuan yang lebih besar.

  7. Diskusikan dengan teman atau keluarga
    Orang luar biasanya lebih objektif dalam menilai apakah hubungan tersebut mencurigakan.

  8. Laporkan ke pihak berwenang
    Jika Anda merasa hampir atau sudah menjadi korban, segera laporkan ke polisi atau layanan pengaduan kejahatan siber.

    Modus love scam mengajarkan kita bahwa dalam dunia digital, kepercayaan adalah sesuatu yang harus diberikan secara hati-hati. Pelaku love scam memanfaatkan sisi paling rapuh manusia: kebutuhan untuk dicintai. Hubungan yang tampak manis bisa berubah menjadi mimpi buruk ketika rasa percaya disalahgunakan demi keuntungan pribadi. Dengan mengenali tanda-tandanya, kita bisa melindungi diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita agar tidak terjebak dalam perangkap manipulasi cinta digital. Cinta yang tulus tidak pernah membutuhkan uang sebagai bukti—yang membutuhkan uang adalah penipuan.