(0362) 21985
organisasisetda@bulelengkab.go.id
Bagian Organisasi

Makna Hari Raya Galungan dan Kuningan dalam Ajaran Hindu: Kemenangan Dharma di Tengah Kehidupan

Admin organisasisetda | 11 November 2025 | 97 kali

Makna Hari Raya Galungan dan Kuningan dalam Ajaran Hindu: Kemenangan Dharma di Tengah Kehidupan

Hari Raya Galungan dan Kuningan merupakan salah satu rangkaian hari suci terbesar bagi umat Hindu di Bali. Perayaan ini bukan sekadar tradisi turun-temurun, tetapi mengandung makna spiritual yang mendalam tentang kemenangan dharma (kebenaran) melawan adharma (kejahatan). Setiap enam bulan sekali menurut perhitungan wuku Dungulan dalam kalender Bali, umat Hindu menyambut Galungan sebagai simbol kebangkitan spiritual dan penguatan keyakinan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Galungan melambangkan kemenangan batin manusia dalam mengalahkan sifat-sifat negatif seperti kemalasan, keserakahan, iri hati, dan amarah yang disebut maya atau kekuatan adharma. Dalam konteks kehidupan modern, makna Galungan dapat dimaknai sebagai ajakan untuk kembali menegakkan nilai-nilai kebenaran, kejujuran, dan kesucian hati di tengah berbagai tantangan duniawi. Umat Hindu memperingatinya dengan berbagai rangkaian upacara dari penyekeban, penyajaan, penampahan, hingga puncaknya pada hari Galungan, saat umat mengaturkan persembahan sebagai ungkapan syukur atas anugerah dan bimbingan Tuhan.

Hiasan penjor yang menjulang indah di depan setiap rumah menjadi lambang kemenangan, kemakmuran, dan pengabdian. Penjor bukan hanya hiasan estetis, tetapi juga wujud kesadaran bahwa semua hasil bumi dan kemakmuran berasal dari Ida Sang Hyang Widhi. Dengan demikian, Galungan mengajarkan manusia untuk selalu bersyukur dan menggunakan kekayaan duniawi secara bijaksana.

Sepuluh hari setelah Galungan, umat Hindu merayakan Hari Raya Kuningan, yang menandai turunnya para Dewa dan leluhur untuk memberikan restu dan berkah kepada umat manusia. Warna kuning yang mendominasi hari ini melambangkan kesucian, kebijaksanaan, dan cahaya spiritual. Kuningan mengingatkan manusia agar senantiasa hidup dengan pikiran yang jernih, penuh welas asih, dan sadar akan tujuan hidup yang luhur. Dalam upacara Kuningan, umat memohon agar keseimbangan antara dunia material dan spiritual tetap terjaga, serta agar kebahagiaan sejati senantiasa menyertai setiap langkah.

Secara filosofi, Galungan dan Kuningan menggambarkan dua sisi perjalanan hidup manusia. Galungan adalah momen perjuangan dan kemenangan, sedangkan Kuningan adalah momen refleksi dan penyucian. Setelah manusia berjuang melawan kegelapan batin, Kuningan hadir untuk mengingatkan agar kemenangan itu tetap dijaga dengan kerendahan hati dan ketulusan. Inilah esensi ajaran Hindu: bahwa kemenangan sejati bukan diukur dari kekuasaan, tetapi dari kemampuan menjaga keseimbangan antara pikiran, perkataan, dan perbuatan yang selaras dengan dharma.

Di tengah arus globalisasi dan kehidupan yang serba cepat, makna Galungan dan Kuningan tetap relevan. Keduanya mengingatkan umat agar tidak larut dalam egoisme dan materialisme, melainkan terus memperkuat spiritualitas, keharmonisan, dan kasih terhadap sesama makhluk. Semangat Galungan dan Kuningan sejalan dengan konsep Tri Hita Karana — menjaga hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama, dan manusia dengan alam.

Melalui perayaan Galungan dan Kuningan, umat Hindu di Bali tidak hanya memperingati kemenangan simbolis, tetapi juga mempraktikkan nilai-nilai dharma dalam kehidupan nyata. Dengan hati yang bersih dan pikiran yang terang, semoga setiap Galungan dan Kuningan menjadi momentum untuk memperbarui diri, memperkuat iman, serta menebarkan kedamaian bagi seluruh semesta.

Om Shanti Shanti Shanti Om.


#banggamelayanibangsa

#BerAKHLAK

#bulelengPATEN